Cerpen - Mirror(s)


Mirror(s)


"Dasar nyebelin..."
"Hahaha..."
"Malah ketawa...."
"Terus? ..."
Kami membungkamkan suara untuk beberapa saat. Ia menoleh. Senyumnya berbeda. Aku bisa merasakan getaran di sekujur bulu romaku ketika ia tak berhenti menatapku bahkan setelah tertangkap basah seperti ini.
"I want you to be mine only..."
"A..." pa?
"Except your parents... Hahaha,"
"Kaget gue..." aku nggak bisa nggak mengharapkan apa-apa dari pernyataannya barusan. Mungkin kami memang baru bertemu beberapa hari yang lalu. Tapi... Nggak bisa rasanya membohongi diri sendiri kalau cowok ini memang benar-benar membuatku merasa nyaman. Sangat.
"Jadi?"
"Jadi...?" rasa gengsiku masih melekat, sampai akhirnya direnggut oleh keegoisanku untuk menanggapi kata-katanya yang terasa sangat manis itu. "Is that a confession?"
"What do you think?"
Yaelah, malah nanya balik.
"Sounds like..."
"So your answer?" ia nggak berhenti menatapku.
"You... Already know the answer..." pasti wajahku merah banget. Panas, panas.
"But I want the answer come from you..."
"..." rasa kelu di lidahku nggak mau pergi.
"Even though I already know the answer..."
Ia tersenyum penuh arti.
"Mm, yes?... I'll be yours only, but..." entah dengan keberanian yang datang dari kutub apa, aku mendekatkan wajahku ke arahnya dengan gerak cepat. Kutatap matanya lekat-lekat, sengatan-sengatan aneh menjalari seluruh tubuhku dengan ganas. "But in one condition..."
"What?"
"Don't lie..."
"Easy one..."
"..."
What a simple confession? What a simple response either.
Haha.
But I like it.
Dan...
Rasanya gak akan sempurna jika ia tak menciumku.
Mungkin terkesan vulgar.
Tapi cukup satu kecupan saja.
Satu saja.
Aku ingin merasakannya, apa yang benar-benar ia rasakan saat ini.
Agar semua ketakutan dan keraguanku sirna.
Jauh-jauh pergi tenggelam ke dasar laut dan aku bisa mempercayai semua yang ia katakan tadi.
Agar aku nggak berpikir kalau ini sebuah lelucon belaka.

"..." Kalian tahu apa yang ia lakukan.
Ia bisa membaca pikiranku! Mungkin :P
"From now on, be mine only..."
Ia mengelus lembut pipiku yang semakin menghangat.
Aku nggak bisa berhenti tersenyum.
Nggak bisa, susah.
Setidaknya untuk beberapa hari ke depan.
Atau mungkin bulan, tahun.
Apalah aku tak mempedulikannya.
Kenyamanan ini terlalu berharga untuk aku sia-siakan dengan ketakutan-ketakutan akan sebuah masa yang akan segera menghampiriku nantinya. Pasti.

Kami mungkin bukan pasangan yang sempurna. Tapi melaluinya aku selalu bisa melihat cerminan diriku sendiri. Bukan hanya pada satu sisi dimana kesamaan akan suatu hal menjadikan kami merasa senasib sepenanggungan, tapi masih banyak hal lainnya yang membuatku merasa lengkap saat bersamanya. Aku bisa mengatakan dan melakukan apapun yang aku mau. Kami menanggapi kekurangan sebagai 'puzzle' kehidupan. Yang pasti kami suka bercanda. Kami santai. Yah, mungkin aku belum bisa mencari kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan kami saat ini. Tapi santai rasanya cukup mendominasi.
Dan.
Aku nggak ngerti harus berharap apa.
Tapi yang pasti.
Ini menyenangkan.


Thanks to:
img13.deviantart.net
((https://img13.deviantart.net/a7a1/i/2010/317/1/1/love_is_looking_in_my_mirror_by_xchristina27x-d32r318.jpg)
Google, Blogger

Comments

Popular Posts