CERPEN - Gadis Gendut
GADIS GENDUT
Photograph: Claudia Adinda |
"Lama nunggu?"
"Nggak kok, yuk."
"Hari ini makan dimana?"
"Terserah kamu aja..."
"Mau makan di tempat baru itu?
Kan ada WIFI juga sekalian."
"Oke kesana aja."
Cowok itu tersenyum. Cewek itu pun lalu membalas senyum pacarnya.
Kadang banyak hal kecil yang membuat pasangan bersyukur akan kehadiran kekasihnya.
Bisa jadi karena sang perempuan langsung menjawab ketika ditanya 'mau makan dimana?'.
Bisa pula karena sang perempuan mencarikan tempat dengan free WIFI agar pacarnya bisa bermain game online.
Kadang ada beberapa cowok yang 'ngeh' sama hal ini.
Namun kebanyakan enggak.
Dan kebetulan cowok ini...
'Ngeh'
"Aku gendutan ya? Sorry ya kamu jadi susah bawa motornya..." ujar si cewek.
"Nggak kok. Kamu masih kayak dulu."
Semua cewek tahu kok ketika cowok berbohong; namun senang ketika cowoknya berbohong untuk menenangkan sang cewek.
"Ah kamu, bilang aja gendutan. Gak apa-apa kok"
Nah disini tesnya, untungnya jawaban sang cowok sesuai sama apa yang dicari oleh si cewek.
"Nggak kok. Lagian aku tetep sayang kamu biar gimana juga."
Sang cowok tersenyum setelah mengatakan ini.
Membuat si cewek ikut tersenyum setelah melihatnya.
Si cewek merasa sangat bersyukur karena memiliki pacar yang seperti itu.
Ia menganggap ia tak butuh materi atau hal mewah lainnya asalkan mendapat perhatian dari kekasihnya.
Lambat laun sang cewek jadi terlalu santai.
Dan mulai untuk tidak berdandan.
Tidak memakai pakaian yang rapi (baca: compang-camping).
Bahkan acapkali melakukan tingkah yang tak seharusnya dilakukan oleh seorang perempuan (baca: buang angin misalnya).
Sampai suatu hari si perempuan bertanya.
"Apa aku sudah keterlaluan?"
"Keterlaluan akan?" jawab si cowok.
"Aku terlalu nggak mengontrol diri, harusnya aku tetep pake lipstick kalo sama kamu..."
"Kenapa emang? Aku biasa aja"
"Tapi kamu jadi jarang perhatian. Kalo jalan, selalu liat cewek lain."
"Emang aku gitu ya?"
"Iya."
"Yaudah aku minta maaf. Tapi aku tetep sayang kok sama kamu."
"Aku tahu kok. Tapi rasa sayangmu itu terpaksa kan?
Kamu seperti terpaksa untuk harus selalu mencintaiku yang seperti ini.
Meski pun lemakku bertambah banyak, kamu akan tetap bilang 'gak apa' yang sebenarnya berarti apa-apa."
"Aku akui apa yang kamu bilang bener. Untuk itu aku minta maaf. Tapi apa nggak boleh aku seperti itu?"
"Seperti apa?"
"Tetep sayang sama kamu apapun yang terjadi..."
Sang cewek pun termenung.
Kehabisan kata-kata.
Yang ia bisa lakukan hanya memeluk cowoknya erat-erat.
"Maafin aku. Aku akan berusaha hidup lebih sehat lagi. Kamu jangan pergi ya."
"Aku seneng kamu mau olahraga, makasih ya."
Kadang 'terpaksa' hanyalah sebuah kata, yang awalnya berasal dari tidak terpaksa bukan?
Coba pikirkan.
Awalnya kamu biasa saja, lama-lama jadi kewajiban yang dilakukan dengan terpaksa.
Meski awalnya kamu nggak terpaksa. Tapi kamu akhirnya menjadi terpaksa.
Dan untuk hal cinta, kata terpaksa, terlanjur, atau lain sebagainya hanyalah sebuah kata yang harus diperjuangkan bersama.
Bukan tentang maknanya, namun bagaimana cara memaknainya.
Jika terlanjur atau terpaksa mencintai tidaklah benar-benar memaksakan diri dari perspektifmu, maka lakukanlah.
Kadang melihat orang yang penting bagi kita bahagia, kita pun ikut merasa bahagia kan?
"Aku sayang kamu."
"Iya sayang, aku juga."
"Biarpun gendut?"
"Biarpun gendut."
Thanks to: Google, Blogger.
Comments
Post a Comment