Postingan Zaman SMP - The Broken Kid


Gue mau flashback sebentar.
Lumayan lama fakum nulis di blog, suatu hari gue pengen nulis kegajean gue lagi.
Masalahnya, akun tersebut make alamat email mati yang gue udah gabisa trace lagi.
Yaudah deh gue daftar pake akun baru dengan alamat berikut ini:

Its_Cyecey (cyeceyits.blogspot.co.id) - current account
Btw gue gabisa nulis itscyecey.blogspot.co.id gegara udah ada yang punya dengan nama yang sama. HELL YA!
Gabisa-gabisa, pikir gue. Gue check kan. Ada satu cerpen gitu kan.
Ya gue baca atasnya doang. Abis itu gue pasrah.
Tapi baru-baru ini, gue penasaran sama tuh akun.
Gue check kan, dan gue baca. Gue ngerasa familiar.
Eh ternyata itu akun yang gue sempet bikin waktu SMP, wkwkwkwkw.

Berikut akun SMP gue:

Its_Cyecey itscyecey.blogspot.co.id
(pantes, ini mah gue yang bikin kayak gini)

Anyway, yaudahlah. Yang berlalu biar berlalu.
Gue sempet edit dikit sih cerpennya, enjoy:



THE BROKEN KID




chapter 1:

"A KID"

Di pagi cerah ini, mentari mulai datang dan menerangi indahnya kota Singaraja, Bali. Sebuah rumah megah beretniskan gaya Bali Aga pun tak luput dari penerangannya.

"Bangun, Non..." bisik seorang pembantu rumah tangga bernama Mbok Kadek yang tengah membuka jendela seraya membiarkan cahaya masuk.

"Hhh..." seorang gadis dengan rambut panjangnya yang terurai berantakan bangun. Tanpa niat memberi salam, kakinya yang mungil melangkah mengambil handuk di balik pintu kamarnya menuju kamar mandi. Pembantu itu hanya bisa menggumam melihat kelakuan majikannya yang berbeda 180 derajat dari tahun-tahun sebelumnya. Harinya begitu sendu, walau ingin tersenyum sejenak tadi

~~~

chapter 2:

"ARYA'S FAMILY"

Semua berawal dari kesalahan, dan berakhir pada penyesalan. Meja makan keluarga berkasta Ida Ayu yang memanjang, membuat mahluk di sekitarnya dapat dengan leluasa menjaga jarak untuk memformalitaskan sarapan pagi. Sungguh tak wajar bagi kalangan biasa jika melihat adat keluarga ini, tak terkecuali Mbok Kadek, serta seorang supir bernama Pak Nyoman yang menunggu dengan setia majikannya itu.


"Aji akan bertolak ke Surabaya hingga dua minggu lagi, Aji harap semua keadaan di sini terkontrol" Aji alias ayah kandung Ayu, diambil dari nama lengkapnya Ida Ayu Wahyuni Arya ini memang pemimpin keluarga Arya tertinggi. Semenjak Wayah, setidaknya begitu Ayu memanggil kakek tercintanya itu meninggal, laki-laki yang hampir berumur setengah abad bernama Ida Bagus Putra Arya inilah yang mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan keluarga Arya. Sedangkan sosok seorang ibu yang sangat dibutuhkan remaja sekarang, sudah bercerai akibat ketidaktahanannya terhadap keluarga Arya bertahun-tahun silam.


"Nggih, Aji" Ayu mengiyakan sembari bersiap menyelesaikan sarapannya.
"Aji berangkat sebentar lagi, Ayu pakai sepeda biasa saja ya?" Aji pun menghabiskan sisa rotinya lalu meneguk habis kopinya. Ayu memohon pamit pada Ajinya itu dan berangkat dengan sepeda bercat biru langit menuju SMP Pratama. Cukup jauh dari rumahnya yang berada di pinggir kesibukan kota, SMP Pratama terkenal dengan anak-anak beragama Kristen. Pilihan ayahnya yang merupakan orang berada itu sungguh membuatnya memiringkan kepala sejenak. Hembusan angin di pagi hari membuat gayungan sepedanya bertambah kencang saja. Pohon di sekitar pun menjadi saksi bisu senyuman indahnya yang jarang sekali ia pamerkan.

~~~

chapter 3:

"PRINCE CHARMING"

Jam dinding bergerak pelan bagai malu ditatap oleh Ayu. Menantikan upacara penerimaan siswa baru memang mengesalkan baginya. Setahun lalu memang mengistimewakan dirinya karena merupakan siswa baru, namun berganti giliran dan menunggui anak-anak berseragam berbeda itu berkumpul adalah hal yang sangat menggerahkan jasmani dan rohani.
"Hey, Ayu! Pagi-pagi gini bengong?" seorang siswa dengan headseat berukuran besar yang berkalung di lehernya menghampiri bangku Ayu yang terletak paling depan.
"Ricko!" wajahnya memerah begitu cowok yang sudah lama ditaksirnya itu duduk di sebelahnya, namun tak lama...
"Morning, Ricko?" sapa seorang gadis yang beraksen sok barat, gadis yang sangat dibenci Ayu, pacar Ricko.
"Aduh, si cerewok Cindy muncul lagi..." desis Ricko seolah menyesalkan kedatangan pujaan hatinya itu.
"Ngapain kamu di situ, ke kantin yuk? Anak-anak punya rencana seru buat ntar malem..." katanya yang berdiri dengan pose di dekat pintu kelas yang membuat Ayu mual.
"Party lagi? Ga ikutan deh!" muncul kegirangan tersendiri bagi Ayu yang mendengarnya.
"Ini beda, baby... Beach Party...!!"
"Pantai??" seru Ricko, sepertinya tertarik.
"Iya, yuk! Udahlah, ngapain deket-deket cumi satu ini!" ditariknya lengan Ricko. Sungguh Ayu menggeram dalam hati, ingin ia memberi tahu Cindy tentang siapa sebenarnya dirinya, darimana keluarganya berasal... Namun semua tertahankan oleh ketidakpercayadirian yang tumbuh subur di hatinya. Ia hanya bisa membiarkan pangerannya pergi dibawa penyihir kejam, begitulah khayalnya.

~~~

chapter 4:

"LUCKIEST DAY"

Hari ini adalah hari tamasya yang sedikit memberi kesan semangat pada Ayu. Dikemasnya barang-barang yang perlu dan mengeksekusi barang tidak penting lainnya.
"Tin, tin..." suara nyaring bel mobil Jazz berwarna silver sentak membuat gerakan tangannya lebih cepat 1 tingkat.
"Iya2..." dituruninya tangga dan melesat ke pintu depan. Hari ini ia memakai kaos longgar berwarna hujau terang dan celana di atas lutut berwarna kuning, memberi kesan berbeda pada penampilannya yang biasa dan tak karuan. Setelah sampai, sungguh tak mujurnya ia berjumpa Cindy dkk.
"Stop!" katanya sembari melentangkan tangannya, "lo yang pernah ngegoda cowok gue ya? Jangan ngarep deh!" dengan kasarnya Cindy memberi tatapan pedas bagai penari pendet yang fasih menarikan tidak hanya jemari, lirikan mata pun ikut mengiringi.
"Saya nggak nggoda Ricko... sa" belum sempat menyelesaikan pendapatnya, mulut harimau menyemburnya dengan kata-kata yang lebih garang!
"Heh, lo dikasi tau ngelunjak ya?" sesaat tadi Cindy sempat hampir mendaratkan tamparan panas di pipi merah muda Ayu...
"Aduh, Cindy... Gak lucu banget sih lo? Berantem sama cumi aneh kayak dia?! Cabut yuk" celetuk Riva, satu geng dengan Cindy.
"Huh, bikin masker kemaren gak manjur aja! Yuk!" bagaikan burung yang terbang menuju arah selatan, teman-teman segeng Cindy menuruti langkahnya yang gemulai dan memuakkan.
"Kalo bukan hari ini, udah aku bejek-bejek tuh topeng!" kemarahan yang sejenak tadi merayu, segera terhempaskan oleh pikiran yang membuat Ayu sedari tadi tersenyam-senyum sendiri. Hari ini, di Bus nomor 2, ia akan duduk bersama seseorang yang sangat dinantinya. Betapa Tuhan memberkatinya saat itu, makasih ya, batinnya.

~~~

CHAPTER 5:

"NOT A COUPLE"

Air panas Banjar menjadi suatu pilihan yang tidak terlalu mewah bagi sekolah yang berbudget besar sperti SMP Pratama ini. Semua tampak asyik bermain di tengah riuhnya tawa dan canda siswa siswi dari seluruh anak kelas VIII.
"Sendirian aja?" Lagi-lagi tatapan Ricko yang membuat hati Ayu berloncat menghampirinya yang sedang asyik berkirim e-mail pada temannya jauh di Australia sana. Dilihatnya rutinitas itu oleh Ricko.
"Mending kamu berenang atau bersiram pancuran hangat yang nyegerin? Apa asiknyan ke sini kalo cuma buat main hape?" celetuknya.
"E-mail?" Ayu menegaskan dengan nada bertanya, ia pun memberanikan diri untuk berbicara pada Ricko, "kenapa gak sama Cindy?" tanyanya ragu.
"Cindy?" jawab Ricko tanpa memandang wajah Ayu.
"Ya, pacar kamu..."
"Pacar? Hahahahaha" Ricko tertawa terpingkal-pingkal.
"Ke, kenapa ketawa?" tanyanya bingung sembari mencari kata-kata yang tepat untuk bertanya lagi... "Ada yang lucu?"
"Lucu? Kamu tuh! Dapet kesimpulan darimana?" Ricko menceritakan tentang kecentilan si cerewok Cindy itu pada Ayu. Sedangkan dirinya sebenarnya sangat ingin mengkonfirmasi gosip ngawur itu. Lama-kelamaan mereka semakin dekat.

~~~

chapter 6:

"IT GETS BAD"

Sampai pada semester kedua, akhirnya Ricko memberanikan diri menembak Ayu dan menepis gosip tentang dia dan Cindy seketika itu juga.
"Ayu..." Ayu memberanikan diri datang ke rumah Ricko setelah diminta berkali-kali.
"Iya?"
"Kamu sayang aku kan?" Ayu hanya mengangguk.
"Cinta kan?" Lagi-lagi hanya berupa anggukan. Setelah itu, Ayu hanya membiarkan pakaian seragamnya dilucuti perlahan oleh Ricko. Perlahan ia memberi kecupan berulang kali di bibir manis Ayu. Hingga mereka kalap oleh Zaman dan terjerumus pada sadisnya hukum alam.

~~~

chapter 7:

"WRONG WAY"

"Hiks... Hiks..." Ayu yang tengah terduduk di ranjangnya pun menangis tersedu-sedu. Dilihatnya benda yang menunjukkan dua garis merah, sentak membuatnya malah menambah buliran airmata. Ia tahu ini salah... dua minggu setelah kejadian itu...
"Ak... Aku hamil, Ko..." bisa terbayangkan yang terjadi setelahnya, Ricko marah besar, murka! Namun ternyata masih ada kepedulian di hati nuraninya melihat Ayu menangis di depan matanya. Keesokan harinya, mereka membolos untuk menggugurkan kandungan yang seumur jagung itu.



Ayu pulang dengan kaki terpincang. Mbok Kadek yang khawatir segera menyusul majikannya. Namun, yang dilihatnya ternyata sesuai dugaan hatinya! Ayu tergeletak di lantai bersimbah darah! Segeranya dipanggil Pak Nyoman dan membawa Ayu ke rumah sakit terdekat. Dihubunginya Aji Ayu yang berada di luar kota dengan nafas terengah.
Setelah sampai, Ayu dibawa ke ruang UGD dan segera mendapat rawatan dokter.
"Non sudah sadar?" tanya Mbok Kadek pada Ayu perlahan yang mulai membuka matanya.
"Ayu dimana?" tanyanya serak.
"Di rumah sakit, non mengalami pendarahan hebat akibat aborsi yang non lakukan. non... kenapa gak cerita ke Mbok?"
"Saya... takut mbok..." ujarnya seraya menitihkan air mata. Lama terdiam, Mbok Kadek berkata menenangkan.
"Aji sudah saya hubungi, katanya segera..." belum sempat selesai bicara. HP Ayu berdering.
"Aji..." katanya perlahan, namun ekspresi Ayu mulai berubah. "Ap, apa? Aji??!!"

~~~

chapter 8:

"LOST EVERYTHING"

Debur angin memberi perasaan duka pada Ayu hari itu... Ia menangis tersedu di tempat peristirahatan ayahnya yang terakhir. Hari itu, Aji meninggal akibat serangan jantung, syok. Kini. Ayu hanya sendiri. Semua telah hilang darinya.
"Non, yang tabah ya..." Mbok Kadek memberi pelukan hangat bagai seorang Ibu yang selama ini dirindukan


Ayu...



Praktis, ia menjadi pewaris semua harta kekayaan keluarga Arya. Meski begitu, hidupnya terasa sepi. Tak lama ia tersentak dengan kehadiran orang-orang yang ada di belakangnya, ternyata ibunya yang menghilang setelah sekian lama, kembali dengan menggandeng seorang lelaki dan menggendong seorang bayi. Keluarga ini menyatu kembali, setelah semua cobaan yang telah diberikan Tuhan.

Ayu... Meratap tegar mengelilingi pandangannya di langit biru yang luas...



SEKIAN













Wkwkwkwk, gaje kan?

Ya tapi kan ini tulisan anak SMP, wajar dah.

See you next time :3

Comments

Popular Posts