CERPEN - Cerita Tentang Luna
CERITA TENTANG LUNA
"Kau sudah dengar?"
"Apa?"
"Luna itu pemain."
"Pemain?"
"Kata baru untuk playgirl"
"Bicara apa kau"
"Kau memacarinya dan nggak tahu apa-apa?"
"Nggak, dan gak peduli"
"Terserah lu aja bro"
###
"Hei!"
"Eh, cewek yang baru balik dari Ausie!"
"Bisa aja lu. Gue denger tentang cewek baru lo..."
"Luna? Kenal darimana?"
"Kenal reputasinya."
"Reputasi apa?"
"Kau nggak tahu? Dia pemake"
"Lu jangan nyebar gosip aneh-aneh dong. Dia cewek gue. Lu nggak tahu apa-apa"
"Denger dulu. Gue kenal seorang pemake dari temen clubbing gue. Dia cukup terkenal lho di club itu. Mending lu balik sama gue aja. Ngapain coba sama cewek kayak gitu, gak ada masa depannya"
"Dan lu bilang lu main di club yang sama? Parah lu, Cha. Gue cabut"
###
"Luna?"
"Iya"
"Lu pacaran sama Luna? Cewek yang dulunya tukang bikin onar di SMP Harapan? Wow keren"
"At least lu satu-satunya yang muji dia"
"Kenapa emang?"
"Gue denger banyak gosip miring tentang doi"
"Alah, nggak usah dipikirin. Kan itu dulu. Lagian dia udah pernah cerita tentang ini kan?"
"Nah itu masalahnya"
"Dia nggak cerita?"
"Yoyoy"
"..."
###
"... Jadi, apa itu bener?"
"Kamu percaya?"
"Aku tanya itu bener atau enggak. Tinggal jawab aja susah"
"Kalo bener?"
"..."
"Aku sekarang yang tanya. Kalo itu bener?"
"Kenapa malah kamu yang nyolot? Harusnya aku yang... Udah deh, kamu nggak pernah jujur juga percuma. Ngapain kita berbulan-bulan ngabisin waktu kayak gini"
"Nggak pernah... Kamu emang gak pernah percaya sama aku"
"Kalo ada apa-apa tuh ngomong. Kamu.."
"Kalo itu masa lalu pun kamu nggak akan ngerti. Ralat. Aku tahu kamu nggak akan ngerti. Makanya aku nggak bilang"
"Masa lalu? Maksudnya kamu udah gak gitu lagi apa gimana. Ngomong tuh yang jelas"
"Masa lalu atau bukan. Aku nggak akan ngelanjutin cerita ini bareng kamu."
"Hah?"
"Minggu depan aku nikah. Jadi baguslah selesai dengan cara kayak begini. Awalnya aku bingung mau ngomong kayak apa."
"Maksudnya? Kamu? Kamu ngomong apa sih?"
"Makasih Dit, buat selama ini. Such a great time."
"Kamu emang brengsek."
"Terserah kamu mau ngomong apa."
"Kalo kamu cowok, udah aku abisin kamu, Na."
"Syukurnya aku bukan cowok. Dan untunglah aku liat sisi ini di kamu sekarang. Aku paling nggak suka cowok mukul cewek, dengan alasan apapun"
"Kalo ceweknya kayak kamu. Apa aja bisa."
"Aku pergi."
"Sure!"
"Jangan cari aku lagi."
"... Gak akan pernah, Na. Gak akan."
Kala itu, Luna hanya tersenyum simpul. Baru pertama kali ini kulihat senyum itu. Tak pernah kumengerti apa maksudnya. Dan aku tak akan pernah tahu, bahwa sebenarnya ketika itu Luna menangis.
###
Setahun berjalan dengan baik-baik saja. Aku lulus dengan gelar Cum Laude dan siap untuk melamar kerja. Bukan, bukan pekerjaan yang wah atau apa. Hanya, biasa. Seperti kehidupanku setelah Luna pergi.
"Odit..."
"Tante Mira? Kok bisa disini? Well, Luna?" pertanyaan bodoh sebenarnya. Aku dengar Luna sudah pindah jurusan. Dulunya kami sejurusan, tapi entah mengapa ia pindah. Katanya masih satu fakultas denganku, tapi tak pernah kulihat batang hidungnya.
Suara yang tadi memanggilku datang dari seseorang yang sudah lama tak kulihat raut mukanya. Sedikit lebih kusut dari yang dulu pernah kuingat.
"Ini..." ia memberiku sebuah flashdisk berwarna keabuan. Ini flashdisk Luna.
"Tante pergi dulu, ngomong-ngomong, selamat ya nak Odit" katanya. Tersenyum selebar-lebarnya seolah dunia akan runtuh setelahnya. Aku membalasnya dengan senyum penuh tanya.
###
Ketika sampai di rumah, kunyalakan tombol 'power' di laptopku. Kubuka satu-satunya folder yang terdapat di flashdisk Luna. Hanya ada satu file di dalamnya, apa ini, pikirku.
"Hai Odit. First of all, congrats ya!
Aku tahu kamu pasti bakal lulus, Cum Laude kan? Biarpun kamu suka ngomel-ngomel soal seberapa nyebelinnya tugas-tugas dari dosen kita, aku tahu kamu bisa. Jangan lama-lama liburan, kamu bilang kamu bakal cuti setahun? Jangan, mending langsung kerja aja, ntar keburu mager susah kan.
Dit, aku sebenernya nangis lho waktu terakhir kali kita berantem. Abis kamu nggak percaya gitu sama aku. Aku emang gak pernah cerita tentang masa laluku yang kelam. Kelam banget. Saking seremnya, aku gamau balik ke dunia itu, Dit.
Semenjak ketemu kamu, aku berusaha ninggalin dunia itu pelan-pelan. Percaya atau enggak, aku bisa Dit. Karena kamu.
Oh ya, waktu itu, aku kangen banget sama kamu, tepat setelah dua hari kita nggak berkabar. Niatnya mau ngerjain kamu sih sekalian, makanya aku diemin dua hari itu Dit. Tapi sumpah, aku gatel banget pengen meluk kamu.
Tapi pas banget, hasil cek kesehatanku keluar. Di atas kertas itu tertera kalo paru-paru, lambung, rahim, semua udah nggak bakal balik sehat Dit. Aku... Aku nggak bisa ngasih kamu keturunan. Aku kecewa berat...
Aku milih buat pergi aja, aku ngilang ke kota sebelah. Disana aku jadi volunteer buat nemenin anak-anak yang mirip sama aku, yang cuma punya waktu sebentar buat ngeliat indahnya sekitar.
Mama awalnya nggak ngijinin, tapi aku nekat aja kesana. Lambat laun mama ngasih. Dia orang pertama yang aku kasih tahu tentang hal ini Dit. Despite hubungan kami yang nggak baik, aku kaget sendiri kadang inget-inget momen itu.
Ketika kamu lihat video ini. Aku nggak tahu apa aku masih hidup atau enggak. Aku masih di tempat yang sama kok. Alamatnya Desa..."
Aku segera mengambil pena dan merogoh kertas dari ranselku. Segera kucatat, sempat ku-rewind ketika aku kehilangan satu kata dari alamat itu.
"Well, best luck for you. Aku nggak ada niat buat ganggu hidupmu Dit... Udah beberapa bulan berlalu dan aku nggak yakin apa kamu masih sendiri, atau..." masih Lun, masih!
"Udah ada yang nemenin. Hehe. Intinya, aku cuma mau bilang makasih Dit. Makasih buat semuanya. Rubikmu masih di aku. Ini yang bikin aku kuat sampe, well, aku masih belum bisa main ini sih, tapi kadang suka aku puter-puter cuma buat bikin tenang...
Bye Dit, I'm so glad I met you..."
Dan video itu berhenti.
Sekarang sudah cukup petang...
Tapi aku nggak akan ngebiarin Luna pergi gitu aja. Nggak, nggak lagi. Jika waktu itu aku nggak mengejarnya, maka nggak akan aku ulangi kesalahan bodoh itu. Segera kuambil kunci mobilku dan berlari menuju garasi. Jika ini kesempatan terakhirku, aku nggak akan pernah menyianyiakannya!
###
Wkwk, gantung ya? Sengaja :v
Yah, kadang waktu emang cepet banget berlalu.
Ada kesalahan yang disesali.
Ketika bisa memperbaiki, tetep aja nggak akan ngebikin keadaaan sama persis seperti sedia kala.
Dan ketika kita sadar, kita akan segera meninggalkan hal-hal terpenting dalam hidup kita.
Caw ^^
Comments
Post a Comment